Hujan Terindah Sepanjang Hidup
Oleh: Ahmad Satria Budiman dan Hasinadara Pramadhanti
SLB A Yaketunis |
Siang itu menjadi siang yang berbeda di sepanjang Jalan
Malioboro, Yogyakarta. Pada hari Sabtu tanggal 07 April 2012, Lembaga Eksekutif
Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII) mengadakan kegiatan pawai yang
bernama Parade Kisah Nusantara. Parade tersebut diselenggarakan atas kerja sama
teman-teman panitia yang terdiri dari mahasiswa beragam angkatan dan jurusan
serta melibatkan peserta dari kawan-kawan difabel yang berkebutuhan khusus. Di
sana, sobat difabel dari berbagai yayasan dan sekolah luar biasa (SLB)
menampilkan kebolehan masing-masing dalam unjuk kreativitas menceritakan
kisah-kisah nusantara dalam bentuk pawai kepada masyarakat umum.
Parade itu sendiri merupakan rangkaian dari acara
Eksperia, yaitu “Ekspresi Kreasi Difabel dan Mahasiswa”. Sebelum mengadakan
parade, Eksperia telah melaksanakan kegiatan Festival Film Dokumenter, Festival
Iklan Layanan Masyarakat, Pameran Karya Luar Biasa, dan Konser Amal “Persembahan
Hati”, dimana seluruh kegiatan tersebut mengangkat bahasan yang sama yakni
kesetaraan antara masyarakat umum dan kaum difabel. Tema keseluruhan acara
Ekperia adalah “Menembus Batas dengan Keterbatasan”, begitu juga tema sentral
dalam kegiatan Parade Kisah Nusantara. Kegiatan parade bertujuan meningkatkan
rasa kepedulian antara mahasiswa dan juga masyarakat umum terhadap para
penyandang cacat (difabel). Selain itu, parade juga dimaksudkan agar antar
elemen masyarakat tercipta hubungan yang sinergis dan harmonis dalam memberikan
ruang bagi keberadaan kaum difabel.
Kegiatan parade dimulai sekitar pukul 12.30 WIB. Sebagai
sesi pembuka, kata sambutan disampaikan antara lain oleh Ir. Bachnas, M.Sc.
selaku Wakil Rektor III Universitas Islam Indonesia dan Drs. Subroto sebagai
perwakilan dari Dinas Sosial Kota Yogyakarta yang turut mewakili Gubernur DIY
yang tidak dapat hadir. Dalam sambutannya, Bachnas mengatakan bahwa Parade
Kisah Nusantara Eksperia adalah aktivitas besar karena dilaksanakan di luar
kampus. Sementara itu, Subroto membacakan surat yang ditulis langsung oleh Sri
Sultan Hamengkubuwono X dimana isinya antara lain ucapan penghargaan dan
apresiasi atas terlaksananya kegiatan parade. Dengan parade yang dimaksud,
Sultan berharap hal tersebut dapat menjadi potensi yang strategis untuk
dikembangkan dalam mengatasi rasa tersisih yang terkadang dirasa oleh sejumlah
kawan difabel.
SLB Negeri I Bantul |
Menjelang pukul satu siang, hujan turun dengan cukup
deras sehingga pemotongan pita urung dilakukan. Parade rencananya akan dimulai
dari halaman Kantor DPRD DIY sampai dengan halaman parkir Benteng Vredeburg di
dekat Kantor Pos Besar. Di pintu pagar Kantor DPRD DIY telah dibentangkan pita
yang menurut manual acara akan dipotong sebagai tanda dimulainya parade. Ketika
hujan turun, baik panitia maupun peserta berteduh sembari menunggu hujan reda.
Sekitar pukul 13.40 WIB, akhirnya kegiatan dapat kembali dilanjutkan meskipun
hujan masih menyisakan rintik-rintik kecilnya.
Sebelum pemotongan pita, dilakukan pembacaan narasi
cerita nusantara. Pembacaan narasi dilakukan secara sahut-menyahut di depan
pintu pagar kantor, di seberang pita yang dibentangkan. Beberapa orang yang
melintas di trotoar mulai tertarik untuk melihat. Narasi dibacakan oleh anggota
Teater Jemuran FTI UII, yang berpakaian adat sesuai dengan cerita yang dibaca.
Ada yang membacakan kisah Malinkundang, Joko Kendil, dan Sangkuriang. Narasi
dibacakan dengan irama parodi, lucu, menghibur, namun tidak meninggalkan kesan
nusantaranya. Sepuluh menit kemudian, Marching Band UII melantunkan Lagu
Indonesia Raya yang begitu selesai langsung dilakukan pemotongan pita oleh
Subroto dengan disaksikan oleh panitia dan peserta. Parade Kisah Nusantara
resmi dibuka.
Rombongan demi rombongan kemudian diberangkatkan. Tampak
di barisan awal setelah Marching Band UII, ada SLB Yapenas yang berlokasi di Condongcatur,
Depok, Sleman. Murid-murid SLB tersebut menampilkan kisah Sumpah Pemuda. Mereka
berjalan ditemani oleh guru-gurunya. Menyusul berikutnya, ada Ikatan Keluarga
Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD) Kalimantan Timur dengan busana daerahnya.
Setelah itu, ada SLB A Yaketunis (Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam) yang
menabuh rebana sembari melantunkan irama shalawat. Tidak lupa, para pengasuh
ikut menemani anak didiknya dalam berkreasi menyanyi dengan iringan rebana. Di
barisan keempat, ada SLB Wiyata Dharma I, Tempel, Sleman, yang membawakan replika
Candi Roro Jonggrang yang digambarkan pada sebuah papan serupa papan wayang.
Selanjutnya, ada IKPMD Aceh yang disambung oleh SLB Negeri I Bantul yang membawakan
replika pedang senjata andalan Si Pitung. Seorang tunagrahita dengan
semangatnya menabuh gendang sambil meneriakkan sebuah irama. Terakhir, ada
kawan-kawan dari SLB C Pantiasih, Pakem, Sleman, yang membawakan replika perahu
yang bertuliskan Sangkuriang. Semua peserta mengenakan busana daerah yang
sesuai dengan kisah yang mereka bawakan dalam parade.
SLB Wiyata Dharma I |
Di tengah kegiatan, hujan kembali mengguyur Malioboro
dengan lebatnya. Namun kali ini, hujan tidak berhasil menghentikan parade
karena peserta tetap berpawai dengan penuh semangat. Rebana tetap ditabuh,
teriakan tetap dinyaringkan diiringi oleh gendangnya, dan di barisan depan
Marching Band UII terus memainkan alat musiknya dengan apik. Semua basah, baik
panitia yang berjas almamater maupun peserta yang berbusana khas cerita mereka.
Hujan tidak lantas membuat parade berhenti, namun semakin menambah semangat
untuk berkreativitas sepanjang dua kilometer Jalan Malioboro. Masyarakat pun
cukup antusias. Ada yang menonton parade sambil berpayung, mengenakan jas
hujan, dan berteduh di warung-warung. Beberapa ada pula yang mengabadikan kegiatan
parade dengan kameranya.
Sekitar pukul 14.30 WIB, parade berakhir di Benteng
Vredeburg. Peserta kembali lagi ke halaman Kantor DPRD DIY, namun kali ini
diantarkan dengan menggunakan bus. Sebagai sesi penutup, Ketua Dewan
Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (DPM UII), Herdika Oki
Prasetya, memberikan sambutannya. “Ini adalah hujan terindah sepanjang hidup
saya, begitu pula mungkin dengan teman-teman semua,” ujar Dika.